KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Ini tentang “Hakikat dan Teori Belajar serta Implementasinya dalam Pembelajaran” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
TARAKAN, 25 september 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
Penahuluan
Penahuluan
A. Pendahuluan
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan
potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan
diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan
individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru
dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat
mengembangkan potensi yng dimkili menjadi kompetensi sesuai dengan
cita-citanya. Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat
ini oleh karenanya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada invidu
peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahman pendidik tentang karakteristik individu.
Teori merupakan serangkaian bagian atau variabel,
definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan
sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel,dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Beberapa teori Belajar sebagi berikut :
1. Teori Humanisme
2. Teori behavioristik
3. Teori kognitif
4. Teori konstruktivistik
5. Teori pemrosesan informasi
6. Teori kecerdasan ganda
7. Teori kerja otak
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Teori Pembelajaran ?
2. Jelaskan Hakikat teori belajar ?
3. Bagaimana mengimplementasikan
masing-masing teori belajar tersebut dalam Pendidikan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu teori
pembelajaran
2. Mengetahui Hakikat Teori Belajar
3. Mengetahui Macam-macam Teori belajar
serta Pengaplikasiannya pada pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Teori merupakan serangkaian bagian atau variabel,
definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan
sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni
(2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari
pengalaman. Menurut Gagne dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan
sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait
sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam
Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh
manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude.
Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut
diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa
tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Dengan demikian belajar dapat sdisimpulkan rangkaian kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya
berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan
pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada
perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru
serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa
belajarnya belum sempurna.
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam
psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan
eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan, seperti : Abraham
Maslow dan Carl Rogers. mereka mendirikan sebuah asosiasi profesional yang
berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti
tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta,
kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Aliran humanistik muncul sebagai reaksi ketidakpuasan
terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Aliran humanisnik
beranggapan bahwa psikoanalisis dan behavioristik tidak menghormati namusia
sebagai manusia. Keduanya tidak bisa menjelaskan eksistensi manusia, seperti
cinta, kraetivitas, nilai makna, makna, dan pertumbuhan pribadi. Inialh yang
diisi oleh psikologi humanistik.
Menurut teori humanistik, proses
belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih
mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada
bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang
dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara
tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan,
serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Faktor motivasi dan pengalaman
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan
keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan
baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistic
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta
realisasi diri orang yang belajar, secara optimal.
Teori humanistik bersifat sangat
eklektik yaitu memanfaatkan atau merangkumkan berbagai teori belajar dengan
tujuan untuk memanusiakan manusia dan mencapai tujuan yang diinginkan karena
tidak dapat disangkal bahwa setiap teori mempunyai kelebihan dan kekurangan.
a. Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya:
1. Kolb
a. Tahap pandangan konkret
b. Tahap pemgamatan aktif dan reflektif
c. Tahap konseptualisasi
d. Tahap eksperimentasi aktif
2. Honey dan Mumford
a. Kelompok aktivis
b. Kelompok reflector
c. Kelompok teoris
d. Kelompok pragmatis
3. Habermas
a. Belajar teknis (technical learning)
b. Belajar praktis (practical learning)
4. Bloom dan Krathwohl
a. Domain kognitif
b. Domain
psikomotor
c. Domain
afektif
b. Implementasi teori humanistik dalam pembelajaran
Teori
humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada
dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks
manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun
teori humanistik sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang
lebih praktis dan dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sulit
diterjemahkan ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis. Namun
sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi
tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk
memahami hakikat kejiwaan manusia.
Dalam
praktiknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar.
Berikut
adalah langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan humanistik:
1.
Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran.
2.
Menentukan
materi-materi pembelajaran.
3.
Mengidentifikasi
kemampuan awal dari peserta didik atau siswa.
4.
Mengidentifikasi
topik-topik pelajaran yang memungkinkan akan melibatkan siswa untuk dapat
belajar secara aktif.
5.
Merancang
fasilitas belajar, seperti lingkungan dan media-media pembelajaran.
6.
Membimbing
siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang nyata.
7.
Membimbing
siswa untuk dapat memahami hakikat dan makna dari pengalaman belajar.
8.
Mengevaluasi
proses dan hasil belajar.
Teori behavioristik mulai berkembang dari tahun 1874 sampai
saat sekarang ini
di mulai dari Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949) selanjutnya van
Petrovich Pavlov (1849-1936) seiring berjalannya waktu hingga saat ini
begitu banyak tokoh behavioristik, salah satunya skinner dimana beliau adalah
tokoh yang sangat berpengaruh dalam teori behsvioristik.
Menurut teori behavioristik, belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus
(rangsangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
pada tingkah lakunya.
Menurut teori ini hal yang paling
penting adalah input (masukan) yang berupa stimulus dan output (keluaran) yang berupa
respon. Menurut toeri ini, apa yang tejadi diantara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa
saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon),
semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini lebih mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat
terjadinya perubahan tungkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap
penting adalah faktor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan diitambahkan maka respon akan
semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi maka responpun akan
dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting
diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan
terjadinya respon.
1. Thorndike
Menurut thorndike, belajar merupakan
proses interaksi antara stimulus dan respon.
2. Watson
Menurut Watson, belajar merpakan
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.
3. Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variable
hubangan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang
belajar.
4. Edwin Guthrie
Demikian juga Edwin, ia juga
menggunakan variabel stimulus dan respon. Namun ia mengemukakan bahwa stimulus
tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana
Clark Hull.
5. Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh
Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan
oleh para tokoh sebelumnya.
Dari beberapa tokoh teori behavioristik
Skinner merupaka tokoh yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan
teori behavioristik.Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah
pengembangan teori dan praktek pendidikkan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara
tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang
bila dikenai huhukuman.hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang
belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus dipahami oleh murid.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan
dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini
ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu
yang ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa atau
orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan
ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat
esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan
penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar
atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan
belajar. Siswa atau peserta didik adalah obyek yang harus berperilaku sesuai
dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada
di luar diri siswa.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan
pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”,
yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi
pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada
buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali
isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil belajar.
Teori kognitif mulai berkembang sejak tahun 1896 hingga saat
ini dimana Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan
bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri, dan di
lanjut Lev Vygotsky (1896-1934) menekankan bagaimana proses-proses perkembangan
mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran
menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan
alat-alat ingatan.
Berbeda dengan teori behavioristik,
teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas
yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
a. Lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil
b.
Disebut model perseptual
c.Tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya
d.
Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak
e.Memisah-misahkan
atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang
kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.
f.
Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
g.
Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
h. Dalam
praktek pembelajaran teori ini tampak pada tahap-tahap perkembangan(J.
Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner), Hierarki
belajar (Gagne), Webteaching (Norman)
i. Dalam
kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan
j.
Materi pelajaran disusun dengan pola dari sederhana ke kompleks
k. Perbedaan
individu siswa perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi keberhasilan siswa
belajar.
1.
Teori perkembangan
Piaget
2.
Teori belajar menurut
Bruner
3.
Teori belajar bermakna
Ausubel
Dalam
proses belajar mengajar diperlukan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimal. Berikut adalah aplikasi teori belajar kognitif menurut
teori gestalt dalam proses pembelajaran:
- Pengalaman tilikan (insight); Tilikan bisa disebut juga pemahaman mengamati. Dalam proses belajar, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu mengenal keterkaitan unsur-unsur suatu objek atau peristiwa.
- Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); dalam hal ini unsur-unsur yang bermakna akan sangat menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan sangat bermanfaat dan membantu peserta dalam menangani suatu masalah. Jadi, hal-hal yang dipelajari para peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
- Perilaku bertujuan (pusposive behavior);suatu perilaku akan terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika para peserta didik mengerti tujuan yang ingin dicapainya. Jadi, hendaknya para guru membantu para peserta didik untuk memahami arah dan tujuannya.
- Prinsip ruang hidup (life space); perilaku individu memiliki hubungan dengan tempat dan lingkungan dia berada. Jadi, materi yang diajarkan harusnya berhubungan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan individu.
- Transfer dalam belajar; yaitu proses pemindahan pola tingkah laku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari satu konfigurasi ke konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah pada situasi lain.
Penerapan
prinsip teori belajar kognitif menurut teori gestalt dalam pembelajaran:
- Aktivitas suatu cabang olahraga harus dilakukan secara keseluruhan, bukan sebagai pelaksanaan gerak secara terpisah-pisah. Pemecahan keseluruhan aktivitas menjadi bagian-bagian yang terpisah menyebabkan peserta didik tidak mampu mengaitkan bagian-bagian tersebut. Untuk itu, siswa atau atlet harus mampu mempersatukan bagian menjadi sebuah unit yang terpadu.
- Tugas utama dari guru atau pelatih adalah untuk memaksimalkan transfer dari latihan di antara berbagai kegiatan. Pola umum atau konfigurasi perlu untuk mempermulus terjadinya transfer di antara berbagai kegiatan.
- Penggunaan faktor insight untuk memecahkan masalah. Pemberian contoh pada siswa akan membantu siswa dalam mengamati dan memahami suatu masalah. Sehingga dia mampu menyelesaikannya.
- Pemahaman tentang hubungan antara bagian-bagian dengan suatu keseluruhan penting bagi peragaan keterampilan yang efektif. Jadi peserta didik harus mampu memahami tiap-tiap bagian dan keterkaitannya secara keseluruhan. Salah satu kelemahan dalam proses pengajaran adalah soal kegagalan guru dalam menyampaikan informasi yang menuntut peserta didik memperoleh pemahaman yang mendalam tentang kaitan antara bagian-bagian di dalam konteks keseluruhan.
Teori belajar konstruktivistik mulai
berkembang pada abad 19. Teori tersebut merupakan suatu teori yang lebih
mementingkan proses dari pada hasil. Proses pembelajaran tidak hanya melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, tetapi lebih banyak melibatkan proses
berfikir. Menurut teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini
tidak berjalan terpisah-pisah tetapi melalui proses yang berkesinambungan dan
menyeluruh.
Konstruktivistik merupakan Teori pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya
dalam mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan
keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan
atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya
sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang
subyek untuk aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya
dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun
pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas
tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu
sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan
tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri
terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi. Hakikat
pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan
bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan
tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman
konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar
berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna
serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki
pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan
perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
1.
Teori
konstruktivisme piaget
Teori piaget berlandaskan gagasan bahwa
perkembangan anak bermakna membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya
yang diistilahkan schema /schemata atau konsep
jejaring untuk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan
disekelililingnya.
Secara ringkas dijelaskan bahwa menurut
teori skema, seluruh pengetahuan diorganisasikan menjadi unit-unit pengetahuan
ini atau skemata ini disimpanlah informasi. Sehingga skema dapat dimaknai
sebagai suatu deskripsi umum atau suatu sistem konseptual untuk memahami
pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan itu dinyatakan atau tentang bagaimana
pengetahuan itu diterapkan.
Lebih
lanjut piaget menyatakan bahwa struktur kognitif anak meningkat sesuai dengan
perkembangan usianya, bergerak dari sekedar reflek-reflek awal sepertimenangis,
menyusu, menuju aktivitas mental yang kompleks. Dasarnya tentu saja teori
perkembangan kognitif, sehingga beberapa konsep pokok seperti skema, asimilasi,
dan akomodasi tetap relevan.
Sebagai seorang yang dianggap pionir
dalam filosofi konstruktivisme, vigotsky lebih suka menyatakan teori
pembelajarannya sebagai kognisi sosial. Pembelajaran kognisi sosial meyakini
bahwa kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan individu.Oleh karena
itu perkembangan pembelajaran anak dipengaruhi banyak maupun sedikit oleh
kebudayaannya, termasuk budaya dari lingkungan keluarganya, dimana ia
berkembang.
b)
Implementasi Teori Konstruktivistik Dalam
Pembelajaran :
a. Membebaskan
siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah
ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengmbangkan
ide-idenya secara lebih bebas.
b. Menempatkan
siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan ide-ide
atau gagasan-gagasan, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.
c. Guru
bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks,
dimana terjadi bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya
dari berbagai interpretasi.
d. Guru
mengakui bahwa proses belajar serta penilaianya merupakan suatu usaha
yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.
Teori pemrosesan informasi mulai berkembang dari tahun 1977,
dimana Robert Mills Gagne sebagai
pelopor penggagas teori ini.
Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja
disimpan pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun.
Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada
bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.
Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia
dijelaskan sebagai berikut: pertama, manusia menangkap informasi dari
lingkungan melalui organ-organ sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung dan
sebagainya. Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya
dimasukkan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai
kapasitass pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus
diproses secara sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan),
jika tidak akan lenyap dengan cepat.
Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat
ditransfer dalam ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merupakan hal
penting dalam proses belajar. Karena ingatan jangka panjang merupakan tempat
penyimpanan informasi yang faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan
informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu.
1. Pandangan Robert M Gagne
Menurut Robert M Gagne, belajar dipandang sebagai proses
pengolahan informasi. Robert M. Gagne adalah seorang psikolog pendidikan
berkebangsaan Amerika yang terkenal
dengan penemuannya berupa condition of learning. Teori informasi psikologi muncul
dari temuan dan modifikasi dari teori matematika, yang disusun oleh para
peneliti untuk menilai dan meninngkatkan pengiriman pesan.
Teori
pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin,
2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah
informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.
Ausubel
mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur
kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan
pengetahuan ditata di dalam
struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan
abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan
pengetahuan baru yang rinci.
Pada
teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga berdasarkan
perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya. Ketiga
komponen itu adalah:
a.
Sensory Receptor (SR)
SR
merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
b.
Working Memory (WM)
WM
diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
Karakteristik WM adalah :
1)
Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang didapat
hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa adanya upaya pengulangan
(rehearsal).
2)
Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya baik
dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantic, yang dipengaruhi oleh peran
proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
c.
Long Term Memory (LTM)
LTM
diasumsikan :
1)
Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh individu
2)
Mempunyai kapasitas tidak terbatas
3)
Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
Adapun implikasi teori pemrosesan
informasi terhadap kegiatan pembelajaran adlah sebagai berikut:
1.
Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan memiliki signifikasi
yang besar bagi perencanaan dan desain pembelajaran dalam proses pemndidikan.
Belajar dimulai dengan pemasukan stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan
umpan balik yang mengikuti performance pembelajar. Diantara kejadian-kejadian
ini ada beberapa tahapan dari pemrosesan internal. Pembelajaran tidak hanya
merupakan prose sederhana dari penyajian stimulus, melainkan merupakan
komposisi dari berbagai jenis stimulasi eksternal yang berbeda, yang
mempengaruhi beberapa proses belajar yang berbeda.
2.
Secara keseluruhan stimulasi yang diberikan kepada pembelajar selama
pembelajaran berfungsi mensupport yang terjadi pada pembelajaran. Kejadian eksternal yang disebut pembelajaran bisa
mendukung proses internal dengan mengakyifkan mental set (keadaan mental) yang
mempengaruhi perhatian dan persepsi seklektif. Kejadian eksternal bisa
meningkatkan proses internal dengan memberikan pengorganisasian yang dibuat
oleh pembelajar. Pembelajar juga memantapkan pengioperasian proses pengendali
tindakan, seperti harapan akan hasil performance.
Konsep multiple intelligence diperkenalkan pada
tahun 1983 oleh Prof. Howard Gardner seorang psikolog dan profesor utama di Cognition
and Education, Harvar Graduate School of Education dan juga profesor di bidang
Neurologi, Boston University School of Medicine. Konsep ini
memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, Setiap orang perlu menyadari
dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap
siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.
Kecerdasan adalah suatu kemampuan
untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam
latar budaya tertentu. Seseorang dikatakan cerdas bila ia dapat memecahkan
masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan sesuatu yang
berharga atau berguna bagi dirinya maupun umat manusia. Howard Gardner
memperkenalkan hasil penelitiannya yang berkaitan dengan teori kecerdasan
ganda, yaitu teorinya tentang menghilangkan anggapan yang ada selama ini
tentang kecerdasan manusia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada
satupun kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan,
melainkan seluruh kecerdasan yang ada. Semua kecerdasan tersebut bekerja sama
sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya tentu
saja berbeda-beda pada masing-masing orang. Namun kecerdasan tersebut dapat
diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol
kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.
Pada dasarnya semua orang memilki semua macam
kecerdasan di atas, namun tentu saja tidak semuanya berkembang atau
dikembangkan pada tingkatan yang sama, sehingga tidak dapat digunakan secara
efektif. Pada umumnya satu kecerdasan lebih menonjol/kuat dari pada yang lain.
Tetapi tidak berarti bahwa hal itu bersifat permanen/tetap. Di dalam diri
manusia tersedia kemampuan untuk mengaktifkan semua kecerdasan tersebut.
Teori intelegensi
ganda (Multiple Intelegence) ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi
perkembangan dan profesor pendidikan dari graduate School of Education, Harvard
university, Amerika Serikat. Ia menuliskan gagasannya tentang intelegensi ganda
dalam bukunya Frames of Mind pada tahun 1983. Pada tahun 1993 ia
mempublikasikan bukunya berjudul multiple intelegence, setelah melakukan banyak
penelitian tentang implikasi teori intelegensi ganda didunia pendidikan. Teori
itu dilengkapi lagi dengan terbitnya buku intelegence reframed pada tahun 2000.
Selama tahun 1983 sampai dengan 2003 Gardner, yang juga menjadi Direktur Proyek
Zero di Harvard University, banyak menulis dan mengembangkan teori intelegensi
ganda dan terutama aplikasinya dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.
Proyek Zero adalah pusat penelitian dan pendidikan yang mengembangkan cara
belajar, berfikir dan kreatifitas dalam mempelajari suatu bidang bagi individu
dan intuisi. Teori intelegensi ganda banyak mendasari proyek Zero.
Implementasi teori
kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai
sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan
pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu
menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan
potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain
mampu memainkan instrumen musik, ia juga
harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa
yang memiliki kecerdasan musikal.
Sekolah yang menerapkan
teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung selain guru
yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam
meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas dapat berbentuk media
pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda.
Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik, peralatan olah raga dan media
pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh
sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian
yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori
kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas.
Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran
tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam
mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok
dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian
portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa
dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
Teori Kerja otak mulai berkembang di tahun 1981 oleh
Roger Sperry . Roger Sperry adalah penemu otak manusia mempunyai 2 bagian,
yaitu otak kanan dan otak kiri yang mempunyai fungsi yang berbeda. Atas jasanya
ini beliau mendapat hadiah Nobel pada tahun 1981 Selain itu dia juga menemukan
bahwa pada saat otak kanan sedang bekerja maka otak kiri cenderung lebih
tenang, demikian pula sebaliknya.
Selama ini kita beranggapan bahwa otak kiri adalah
otak yang bersifat logika, dan otak kanan berkaitan erat dengan kreativitas.
Hasil penelitian terakhir membuktikan bahwa pandangan ini salah. Otak kiri
dapat menjadi otak yang kreatif. Hal ini dibukttikan dengan hasil karya Dr.
Edward De Bono yang mencetuskan Lateral Thinking (Berfikir Lateral) pada tahun
1970.
Jika dilihat dari sisi pendidikan, kebanyakan sistem
pendidikan di dunia lebih menjurus kepada aliran pemikiran otak kiri. Para
pelajar di seluruh dunia dilatih untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan
berdasarkan logika, rasional. Ringkasnya, corak pemikiran otak kiri imaginasi
menyokong logika dan rasional, sedangkan dalam gaya pemikiran otak kanan,
logika dan rasional akan menyokong imaginasi. Para pelajar tidak bebas berfikir
dan tidak mampu dan tidak berani melahirkan ide-ide baru apalagi ide-ide yang
amat bertentangan oleh individu-individu yang berfikiran konvensional.
Empat kategori berikut ini mencakup pandangan
realistik dan global terhadap gaya pembelajaran yang dapat digunakan pada
rancangan pembelajaran apapun :
- Konteks
Keadaan yang melingkupi pembelajaran memberikan
petunjuk-petunjuk yang penting tentang apa yang akan terjadi selama
pembelajaran.
- Input
Para pembelajar menuntut adanya sensori input untuk
terjadinya pembelajaran apapun. Oleh karena kita mempunyai lima indra, maka
input ini bisa berupa visual, audio, kenestetik, penciuman, dan perasa.
Pada suatu waktu seorang pembelajar mungkin lebih
memilih inputeksternal (yang berasal dari sumber dari luar) dan
pada waktu berikutnya akan lebih memilih input internal (yang diciptakan dalam
pikiran).
- Pemrosesan
Sebuah rangkaian tindakan atau perubahan yang sistematis
menyangkut informasi, kebersamaan rangkaian tersebut membentuk pemikiran
manusia. Dalam tahap ini otak yang bertugas untuk memproses informasi tersebut.
- Respons
Merupakan tahap dimana pembelajar menanggapi input
atau rangsangan yang telah diterima dan diproses untuk dilakukannya sebuah
respon atau tanggapan.
1. Dr.Paul
Maclean
mencetuskan
konsep tiga otak dalam satu kepala (otak triune). Menurut teori ini, otak
manusia sebenarnya terdiri dari tiga bagian otak. Otak reptil, otak mamalia,
dan otak neo kortex. Otak reptil bermula dari batang otak yang terletak di
dasar otak dan terhubung dengan tulang belakang. Otak ini berfungsi sebagai
pusat kendali, sistem syaraf otonomi, dan untuk mengatur fungsi utama tubuh.
Juga mengatur reaksi seseorangterhadap bahaya atau ancaman. Ketika otak reptil
ini aktif,orang tidak akan bisa berpikir, yang bekerja adalah insting atau
nalurinya. Otak reptil aktif bila seseorang kurang tidur, terancam, takut,
stres, atau pada saat kondisi tubuh dan pikiran yang lelah.
2.
Prof
Roger Sperry
penerima
Nobel tahun 1981 melalui penelitian panjangnyabertahun-tahun, mengungkapkan
hasil temuannya tentang gelombang otak, makaparadigma baru muncul dan
berkembang. Hipotesisnya telah dibuktikannya sendiri bahwa setiap aktivitas
yang berbeda memunculkan gelombang otak yang berbeda pula. Temuan
inisungguh-sungguh mengubah cara pandang tentang potensi dan kreativitas otak
manusia. Hal yang mengejutkan, rata-rata otak membagi
kegiatannya secara jelas ke dalam kegiatan"otak belahan kiri"
(korteks kiri) dan kegiatan"otak belahan kanan" (korteks
kanan). Saat korteks kanan sedang aktif, korteks kiri cenderung tenang atau istirahat, demikian
sebaliknya.Kegiatan yang paling mudah diamati tentang pergantian aktivitas otak
adalah saat kita berjalan. Kaki kanan digerakkan oleh aktivitas otak belahan
kiri, saat kaki kiri bergerak otak belahan kanan mengambil alih. Setiap otak
memiliki keterampilan yang khas dalam urutankerja yang sangat rapi.Kondisi
penuh harapan dari olahan dan kembangan penemuan ini adalah setiap orangmemiliki
banyak sekali keterampilan intelektual, berpikir, dan kreativitas, yang
belumdigunakan sepenuhnya. Mengacu pada beberapa definisi bakat terdahulu,
jelas bahwabakat-bakat yang dipenuhi oleh potensi intelektual, keterampilan dan
kreativitas masih dapat terus digali dari diri kita.Hal ini memberikan harapan
besar dan makna sangat dalam, yakni kita tidak pernah menduga bahwa
ternyata kita bukannya tidak berbakat menggambar atau tidak berbakat matematika. Yang terjadi adalah kita tidak
memberi kesempatan pada kedua belahan otak untuk menggali diri dan unjuk
maksimal.Orang cenderung bukannya menggali dan memaksimalkan fungsi perbedaan
kegiatan otak belahan kanan dan kiri, namun justru membatasi. Diketahui bahwa
otak belahan kiri melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan logika, analisis,
kuantitatif, fakta, rencana,organisasi, detail/perinci, sekuensial.
Belajar
merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan
stimulus dari lingkungan. Untuk dikatakan berhasilnya proses pembelajaran, maka
cara kerja otak tersebut menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar tersebut
terdiri dari:
- Informasi verbal: kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan atau tertulis.
- Keterampilan intelektual: kecakapan yang berfungsi untuk berhubunga dengan lingkungan hidup.
- Strategi kognitif: Kemampuan menyalurkan dan mengarahkan akivitas kognitifnya sendiri.
- Keterampilan motorik: kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani.
- Sikap: kemampuan menerima atau menolak obyek berdasakan penilaian terhadap obyek tesebut.
Penerapan
lainnya adalah dengan cara kita sebagai manusia harus meningkatkan atau
memaksimalkan kinerja otak untuk mengasah otak atau dengan meningkatkan
konsetrasi otak. Semakin sering di asah, otak kita akan cenderung lebih tangkap
dalam meneria informasi. Dengan begitu akan memudahkan kita menerima segala
proses pembelajaran jika otak kita siap untuk menerima pemikiran dari luar dan
juga untuk mamancarkan pemikiran kepada otak orang lain.
BAB III
PENUTUP
Teori merupakan serangkaian
bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang
menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah
belajar dapat simpulkan rangkaian
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.
Teori belajar
adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga
membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Beberapa teori Belajar sebagi
berikut :
8. Teori Humanisme
9. Teori behavioristik
10. Teori kognitif
11. Teori konstruktivistik
12. Teori pemrosesan informasi
13. Teori kecerdasan ganda
14. Teori kerja otak
Semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi
semua kalangan, serta dapat memahami dan benar-benar dapat mengaplikasikannya
di dunia pendidikan.
Comments