MASALAH ETNIK MENJADI
PENGHAMBAT INTEGRASI NASIONAL
Sejauh ini masi banyak masalah yang
perlu di selesaikan oleh bangsa ini. Seakan menjadi PR penting bagi pemerintah
dan kita sebagai generasi muda. Melihat begitu banyak permasalah yg kian
membludak, salah satunya yang paling
sering terjadi adalah masalah sosial dikalangan masyarakat kita saat ini.
Lemahnya mental dan kurangnya rasa solidaritas berbangsa dan bernegara menjadi
penyebab utama terjadinya problema seperti itu.Itu lah sebabnya Sejak awal abad
ke-20, struktur masyarakat Indonesia yang masih ke sukuan mulai tergugat karena
munculnya ide nasionalisme dan integrasi dari sekelompok elit Nusantara .Wacana
tentang perwujudan integrasi nasional di Indonesia telah banyak dibahas dan
dicanangkan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan institusi-institusi
yang terkait. Perwujudan integrasi nasional ini menjadi penting karena pada
dasarnya, dalam pembangunan nasional dibutuhkan gerak yang searah dari berbagai
pihak dalam sebuah negara untuk mencapai tujuan-tujuan yang mengarah mada
kesejahteraan dan ketentraman masyarakat.
Masalah-masalah etnik yang masih banyak terjadi di Indonesia
ini menjadi tantangan dan ancaman tersendiri bagi terciptanya integrasi
nasional bangsa ini. Berdasarkan gambaran dari J.S Furnival (dalam Suparlan,
2005), masyarakat majemuk Indonesia cenderung tidak menjadi satu dan tidak
merasa satu, mereka memiliki tradisi kultural sendiri dan memiliki interaksi
yang sangat terbatas dengan kelompok suku lain. Lalu apakah ini hanya di
diamkan saja? Pada dasarnya, perbedaan budaya, cara pandang, dan adat istiadat
harus disinergikan satu sama lain, membangun rasa kebersamaan dalam suatu
wilayah, dengan melepaskan simbol-simbol primordial dari komunitas adat, agar
tercapai sebuah integrasi nasional yang telah dicita-citakan sejak Indonesia
belum merdeka.
Sebuah bangsa terdiri atas berbagai macam etnis atau suku
yang hidup bersama dalam suatu daerah dan saling berinteraksi satu sama lain.
Fakta tersebut disajikan di Negara Indonesia yang menjadi salah satu negara di
dunia yang memiliki tingkat pluralitas atau heterogenitas etnis yang sangat
beraneka ragam. Mereka membentuk sebuah komunitas adat yang memiliki identitas
budaya yang berbeda satu sama lainnya. Yang harus diketahui dari fakta lapangan
yang terjadi di Indonesia, baik dengan cara melihat secara langsung maupun
dengan berbagai pemberitaan di media massa, dapat kita diketahui dengan nyata
bahwasannya pluralitas yang terjadi di Indonesia memiliki sebuah ancaman atau
tantangan, yang berupa “konflik”. Konflik ini sering terjadi dikarenakan
terdapat cara pandang tertentu dalam suatu etnis yaitu primordialisme dan juga
etnosentrisme, yang diwujudkan dalam bentuk stereotip terhadap suku bangsa
lain, ini merupakan bentuk sikap egois dan ingin menang sendiri yang dapat
mengarahkan masyarakat yang hidup dalam suatu etnis untuk terus berprasangka
buruk terhadap suku bangsa/etnis lain sehingga mudah terprovokasi dan
memunculkan konflik adat.
Terdapat banyak sekali konflik antar suku atau antar
komunitas adat yang terjadi di Indonesia. Disini saya menuliskan kasus yang
terjadi beberapa tahun yang lalu yang mungkin menurut saya cukup terkenal
ditelinga teman-teman semua. kasus yang terjadi di Tarakan Pada tanggal 26 September 2010 , yaitu konflik antara suku Bugis (Letta)
dengan suku Tidung,kondisi waktu itu sangat mencekam. Konflik ini menyebabkan Kekacauan
dan tempat tinggal hancur, banyak nyawa melayang dan kerugian materi atau
infrastruktur.bahkan kejadian itu masi teringat jelas di pikiran saya.
Konflik antar suku yang berlarut-larut merupakan suatu pelanggaran
HAM dan merupakan bencana bagi negara. Hal ini merupakan salah satu ancaman
bagi terciptanya integrasi nasional di Indonesia. Mengapa hal ini menjadi
ancaman?. Pertama-tama kita harus memahami, apa makna dari integrasi itu
sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “integrasi” bermakna sebagai
pembauran hingga menjadi kesatuan. Kata “kesatuan” mengisyaratkan berbagai
macam elemen yang berbeda satu sama lain mengalami proses pembauran. Jika
pembaruan telah mencapai suatu perhimpunan, maka gejala perubahan ini dinamai
integrasi.
Dapat diketahui bahwa konflik ini pada dasarnya menjadi
penghalang yang nyata bagi terciptanya integrasi nasional pada masyarakat
Indonesia. Bagaimana bisa terjadi pembauran apabila keragaman yang ada masih
dianggap sebagai perbedaan yang dapat sewaktu-waktu menimbulkan konflik. Perlu
adanya kesadaran sikap dan jiwa yang positif dari berbagai pihak yang terkait
dalam pengembangan proses integrasi ini.
Tentunya Ketika kita mencari masalah
pada suatu sistem, kita sebagai manusia berintelektual harus punya solusi tepat,
yang dapat menyelesaikan masalah tersebut !
Sebelum membahas mengenai masalah integrasi nasional, maka
harus mengupas terlebih dahulu hal yang mendasari mengapa integrasi nasional di
Indonesia itu sulit untuk tercapai. Banyaknya konflik antar etnis menyebabkan
berbagai dampak yang menghalangi tercapainya integrasi nasional di Indonesia.
Dimulai dari bagaimana setiap etnis yang ada di Indonesia dapat menyikapi
segala problema yang terjadi di lingkungan mereka. Dengan segala perbedaan yang
ada sudah semestinya setiap individu yang tinggal di negara multietnis mampu
berfikir dan bertindak secara bijak dalam menyikapi segala isu yang ada,
menjunjung tinggi toleransi dan musyawarah, ditambah dengan memanfaatkan
kearifan lokal budaya mereka untuk menyelesaikan segala permasalahan.
Kemudian, kita juga harus memahami bahwa arah integrasi
nasional yang diharapkan bukanlah penyatuan berbagai budaya dan identitas ke
dalam satu kultur dan budaya baru, yang menghilangkan budaya aslinya. Tetapi
pada dasarnya integrasi yang diharapkan adalah upaya membangun rasa kebersamaan
dalam suatu wilayah, dengan melepaskan simbol-simbol primordial dari komunitas
adat.
Dalam membangun integrasi sosial yang kuat di tengah masyarakat
maka paling tidak harus didekati dua pendekatan yang mendasar, yakni: faktor
struktural dan kultural (Utami, 2000). Faktor struktural mencakup peran
pemerintah dalam membangun kondisi kehidupan masyarakat yang lebih baik, lebih
harmonis dan lebih memberikan keadilan kepada semua pihak. Tidak lupa
memberikan akses ekonomi, politik dan sosial budaya tanpa kecuali kepada
seluruh masyarakat. Sedangkan faktor kultural mencakup kesadaran masyarakat
untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya. Membangun sikap
adaptasi masyarakat pada kultur yang berbeda, agar bisa mengurangi
ketegangan-ketagangan yang timbul dalam kehidupan bersama. Pada dasarnya
Indonesia sudah memiliki serangkaian perangkat yang dapat mendukung terciptanya
integrasi nasional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, Kebijakan
Pemerintah, ditambah dengan kearifan lokal yang dimiliki setiap etnis yang ada
di Indonesia. Hal tersebut harus dikombinasikan dan disinergikan dengan sikap
serta pandangan masyarakat agar konflik tidak terjadi berlarut-larut dan
integrasi dapa segera tercapai.
Kearifan Lokal
Masyarakat Etnis di Indonesia :
Langkah Konstruktif Mengembangkan Kegiatan Budaya Indonesia
memiliki banyak kearifan lokal yang memperkaya khazanah kebudayaan Indonesia.
Kearifan lokal merupakan modal pembentukan karakter luhur (Wangiran, 2012).
Langkah konstruktif guna mengembangkan budaya sudah semestinya dibangun secara
mendasar dan dikembangkan secara masif lewat program-program pendidikan.
Diperlukan suatu upaya pengembangan pendidikan kearifan lokal dengan peran
serta aktif dari masyarakat untuk menjadi prakarsa dan menjadi penyelenggara
program tersebut. Maka dari itu, pemerintah harus bergerak, merangkul setiap
elemen masyarakat, membentuk komunitas-komunitas dengan program yang nyata,
membangun kemitraan, menjadikan kearifan lokal ini menjadi suatu hal yang dapat
digali demi kepentingan bersama.
Musyawarah Mufakat
Negara
Indonesia adalah
Negara yang menganut paham demokrasi, demokrasi di artikan dalam kehidupan
berkelompok atau bermasyarakat adalah bermusyawarah. Musyawarah bertujuan untuk
memecahkan suatu masalah yang dirundingkan guna mencari jalan keluar dan tetap
mengedepankan kedamaian serta keharmonisan dalam bermasyarakat (Sugandi, 2011)
Musyawarah mufakat berkaitan erat dengan keberadaan sila ke empat dari
Pancasila, yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”. Sila ini mengajarkan kepada kita untuk menentukan
sebuah pilihan melalui cara musyawarah. Segala keputusan-keputusan yang diambil
dalam musyawarah harus dilandasi oleh pancasila dan konflik-konflik yang
terjadi dalam musyawarah harus di hadapi dengan asas kekeluargaan
. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, penerapan musyawarah mufakat harus diterapkan dari hal-hal kecil dan
dimulai sejak dini. Penanaman nilai-nilai ini sangatlah penting adanya, dan
akan sangat bermanfaat bagi perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara,
khususnya dalam konteks Indonesia. Karena dalam negara Indonesia, seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwasannya negara ini sering sekali terjadi
gesekan-gesekan etnis yang mengarah pada konflik. Penerapan musyawarah mufakat
inidapat diterapkan sebagai media dalam mencegah dan mengatasi konflik. Dan
apabila konflik itu telah terjadi, musyawarah mufakat dan demokrasi harus
berjalan searah, mempertemukan berbagai kepentingan dan aspirasi yang dapat
memunculkan titik temu. Tujuannya agar berbagai kepentingan dapat dipertemukan
dan menghindari masalah yang berlarut-larut, menghindari munculnya berbagai kerugian
dan menjamin kedamaian dan kesejahteraan masyarakat.
Indonesia adalah negara yang penuh dengan keragaman, baik itu dari segi etnis, budaya, adat istiadat, dengan segala pola kehidupan masyarakat yang ada di dalamnya. Masyarakat adat di Indonesia juga memiliki berbagai kearifan lokal yang sangat khas dan menunjukkan eksistensinya dalam lingkup suku bangsa di Indonesia. Beriringan dengan hal itu, Indonesia juga memiliki berbagai masalah terkait dengan isu etnis tersebut, contoh nyatanya adalah konflik antar etnis yang sering terjadi di berbagai daerah dan berdampak bagi stabilitas nasional Indonesia. Hal ini pula yang menjadikan Integrasi Nasional begitu sulit diwujudkan di negara ini, ditandai dengan belum terciptanya rasa kebersamaan dalam suatu wilayah, dengan melepaskan simbol-simbol primordial dari komunitas adat. Dibutuhkan langkah nyata dari berbagai pihak untuk mengatasi hal ini, diantaranya dengan berupaya dengan serius untuk mengatasi konflik antar etnis yang terjadi di daerah, membendung segala hal yang dapat menjadi pemicu konflik, mengedepankan toleransi dan penanaman nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan pemerintah juga harus mampu menciptakan kebijakan yang adil dari segi politik, ekonomi, sosial dan budaya, karena pada dasarnya isu etnis ini merupakan hal yang sangat sensitif terutama di negara multikultural seperti Indonesia ini. Selain itu, kearifan lokal yang dimiliki oleh setiap etnis juga harus mampu berkembang dan di transformasikan menjadi nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembangunan karakter bangsa. Karena dengan karakter bangsa yang kuat, akan membentuk suatu negara yang dapat menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya, sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Comments