Pernah merasakan bahagianya sendiri. Tapi itu beberapa hari yang lalu sebelum hadirnya, yang sering aku sebut cinta. Dia menutupi idealisku. Melunakkan hati dan menguasai jiwa, sehebat itu dia. Aku merasakan keberadaanya sudah lama, namun cintanya baru saja hadir dalam hati. Namun aku tak ingin terlalu larut dalam cinta yang semakin dalam ini. Rasa rindu yang kian menghimpit, rasa ingin memeluknya erat, menggenggam tangannya membawanya pergi kemanapun. Dan di sana ku ingin menghabiskan waktu bersamanya, itu hasrat sederhanaku. Namun jika itu terjadi, ia Mematahkan janjiku dan memunculkan pemghianatan pada ucapanku dulu. Janji untuk tidak jadi pengecut, karena sudah puluhan hati yang ku genggam namun begitu mudahnya ku lepas. Tak ku tau sudah sebesar apa dosa ini. Terkadang pikirku, apa yang ada dalam diri pria ini. Hingga wanita itu nyaman padanya. Pria yatim yang masa lalunya terlalu kelam, nakal, pembuat masalah, pemain wanita, pengisi jalan yang sepi dimalam hari. Dan sekarang ia